Minggu, 03 Januari 2021

Kesetaraan Gender Urusan Perempuan ?






Kesetaraan Gender Urusan Perempuan ?

    Ada hal yang sangat mengganggu di benak saya, sejauh ini saya melihat bahwa perjuangan kesetaraan gender terlampau banyak diperjuangkan oleh perempuan, padahal persoalan gender dan perempuan adalah dua hal yang sangat berbeda. Hal ini tentu memiliki sebab, saya berasumsi mengapa kemudian laki-laki terlihat acuh ketika dihadapkan pada persoalan kesetaraan, yakni karena posisi laki-laki bukanlah sebagai kaum yang termarjinalisasi, tersubordinasi maupun inferior. Kebanyakan dari laki-laki masih menganggap bahwa persoalan kesetaraan adalah persoalan perempuan bukan persoalan kemanusiaan. 

   Padahal kalau kita mau menelisik lebih jauh lagi, siapapun kaum yang terpinggirkan haruslah diberikan effort untuk diperjuangkan hak-hak dan kedudukannya, baik di hadapan publik maupun ranah domestik. Tapi sampai sejauh ini masih minim laki-laki yang terlibat aktif dalam persoalan gender dan kesetaraan. 
   Sebagai awalan saya akan memberikan gambaran apa itu Gender ? Dan bagaimana perjuangan perempuan sejauh ini dalam mencapai Kesetaraan, dan berikutnya saya akan menyampaikan harapan saya kepada manusia baik perempuan maupun laki-laki mengapa kita harus mencapai kesetaraan Gender. 

  1. Gender 
Dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Dr. Mansour Fakih: 2013 -cet.5-) kita perlu membedakan terlebih dahulu apa itu "seks"(jenis kelamin) dan "gender".
  • Seks (Jenis Kelamin) adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis  yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki memiliki penis, jakun, dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi, seperti rahim, dan saluran melahirkan, memiliki sel telur, memiliki vagina, dan alat untuk menyusui. Alat-alat tersebut melekat secara biologis pada laki-laki maupun perempuan. Hal ini yang disebut KODRAT. 
  • Gender adalah sifat yang melekat pada perempuan maupun laki-laki, yang di konstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, ataupun keibuan, dll. Sedangkan laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa, dll. Ciri atau sifat tersebut tidaklah melekat dan dapat dipertukarkan. Artiannya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, dan adapula perempuan yang kuat, rasional, perkasa dll.  Perubahan ciri dan sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat yang bisa dirubah dan berpindah, itulah yang dikenal dengan Konsep Gender.
    Lalu apakah yang menjadi persoalan Gender itu sendiri ? Jawabannya ketidakadilan sosial diantaranya ialah: Gender dan Marginalisasi Perempuan, Gender dan Subordinasi, Gender dan Streotype, Gender dan kekerasan, dan yang terakhir Gender dan beban kerja. 
    Maka karena hal tersebutlah kita semua harus benar-benar mengerti dan paham apa itu jenis kelamin dan apa itu gender, jangan sampai kita memiliki pemahaman yang terbalik misalnya menganggap bahwa lemah lembut, emosional itu kodrat perempuan, ataupun laki laki memiliki kodrat tangguh dan kuat. Hingga pada akhirnya kita memarginalisasi suatu kaum dalam berbagai ranah. 
    
2. Effort Perempuan dalam menggapai Kesetaraan

    Sebenarnya tidaklah tepat menulis upaya perempuan dalam mencapai kesetaraan dengan blog basic seperti ini tapi saya akan memberikan sedikit gambaran dari dua belahan dunia yang menjadi sorotan termasuk nanti akan saya masukan upaya perempuan dalam mencapai kesetaraan di Indonesia. 
  •  Barat: di dunia belahan barat upaya perempuan meraih kesetaraan dimulai sejak revolusi Prancis 1789 (red_ sebelumnya juga ada namun ini merupakan ledakan besar perjuangan) banyak tuntutan yang mereka perjuangkan salah satunya: menuntut perempuan agar dapat bercerai dengan suaminya, di Amerika para perempuan (dipelopori Ellen Craft) meminta diberlakukannya hak- hak politik bagi perempuan dan memperjuangkan nasib para budak (yang saat itu didominasi perempuan). Hingga terbentuknya konferensi persamaan hak dan kesempatan bekerja (1960) dan akhirnya terbentuklah sebuah organisasi yang diberi nama NOW (National Organization of Women) yang mereka lakukan ialah berdemonstrasi secara besar-besaran untuk mengecam tindakan diskriminasi yang mereka alami di tempat kerja. Dan masih banyak lagi sampai hari ini. 
  • Timur: dibelahan Timur, dalam buku.  "Bebas dari Patriakhisme Islam": Syafiq Hasyim, menjelaskan bahwa gerakan perempuan muncul di masa awal Islam. Pada masa Rasulullah SAW, kalangan perempuan bisa dan boleh melakukan aktivitas sebagaimana yang dilakukan laki-laki, boleh dikatakan masa Nabi Muhammad merupakan masa kehidupan ideal bagi perempuan (karena mendapat perlindungan Sang Rasul) lalu pada masa Umar Bin Khatab perlakuan pembebasan perempuan mengalami penurunan, beliau banyak mengeluarkan kebijakan yang sedikit-banyak meminggirkan peran perempuan dari arena publik. Hingga munculnya gerakan yang disebut "Tahrirul Mar'ah"  yang berarti pembebasan perempuan, tokohnya ialah Rif'ah, Qasim Amin, dll. Dan masih banyak lagi kisah perjuangan di kalangan timur dalam hal ini Islam.
  • Indonesia, di Indonesia sendiri sangat banyak perjuangan yang dilakukan perempuan dalam memperoleh hak-haknya yang paling biasa kita temui sejak sekolah dasar ialan Emansipasi yang dilakukan oleh Kartini, lalu jika kita telisik sebelumnya ada para pahlawan perempuan yang turut meminta hak dalam terlibat perang seperti Laksmana Malahayati, Cut Nyak Dien, dll. Lalu pada era kontemporer ini juga sempat muncul gerakan anti poligami, Gerakan Mainstreaming dan sampai Gerakan Pencegahan pernikahan dini, juga pada hari ini perempuan Indonesia sedang masif-masifnya menyuarakan agar dibahas dan disahkannya RUU-PKS. 
Lalu apakah gerakan gerakan tersebut seluruhnya dilakukan oleh perempuan ? Tentu saja tidak, ada laki-laki yang terlibat di dalamnya, namun sejauh ini masih di dominasi oleh kaum perempuan. 
Dan apakah gerakan tersebut didukung oleh seluruh masyarakat ? Ini juga tidak, sebab budaya patriarki yang begitu mengakar di kehidupan manusia menyebabkan timbul berbagai interpretasi dan kontroversi, acapkali gerakan perempuan dianggap melanggar norma, aturan dan adat yang berlaku. Misalnya ketika banyak perempuan yang menolak dan mencaci poligami sebagian perempuan dan kebanyakan laki-laki setuju dengan praktik yang katanya adalah sah saja sebab Rasulpun melakukan poligami. Dan mengatakan bahwa penolakan terhadap poligami adalah upaya Barat untuk menghilangkan budaya dalam Islam. Terkesan konyol memang tapi itulah yang terjadi ketika pemahaman keagamaan seseorang begitu kaku dan konservatif. 
Setelah membaca dari dua pokok persoalan di atas maka saya memiliki sebuah harapan bahwa pemahaman tentang kesetaraan gender jangan hanya dipahami dan diberikan kepada perempuan saja, tetapi laki-laki juga harus memiliki pemahaman yang sama karena kembali saya tegaskan bahwa Kesetaraan Gender bukan hanya persoalan Perempuan, tapi persoalan Kemanusiaan. Yang sudah seyogyanya baik laki-laki dan perempuan mengambil peran dalam memperjuangkannya, sebab hal ini berkaitan dengan Kemanusiaan dan Keadilan. 

Hidup Perempuan !!!
-empuan.dikara- 










Rabu, 24 April 2019

Memulai untuk Meledak


-Adikara Widyaiswara yang Membudaya-

Sering kali kutemui seorang Widyaiswara
Dengan budaya; "Datang, duduk bersila atau hampir menduduki sebuah meja, 
kamu pasti tau posisinya, 
lalu menguap sendiri dengan bahasa yang tinggi 
dan tidak dapat dimengerti,
apalagi makhluk bodoh sepertiku ini, selanjutnya ia berbicara tentang pandangannya, ideologi hidupnya dan arah politiknya, lalu emosinya meledak tiba tiba. 
Terlebih ketika ia membicarakan keluarganya bak sebuah dongeng di negeri china, hidup bahagia lagi mulia. 
Bagaimana itu tidak mengganggu bagian kecil dikepala, acapkali ia Adikara, memberikan tugas malam hari dan esoknya harus jadi.
Bayangkan kalau saja aku tidak butuh nilainya sudah ku ceploskan apa yang mengganggu dibenakku kepadanya. 

(_pelacur_aksara23) 13 sept 2018

Kesetaraan Gender Urusan Perempuan ?

Kesetaraan Gender Urusan Perempuan ?     Ada hal yang sangat mengganggu di benak saya, sejauh ini saya melihat bahwa perjuangan kesetaraan g...